Purezento
Karena kangenku pada adik-adik sudah hampir mendekati stadium akhir, mendadak jadi pingin cerita soal ini.
Buat yang nggak suka dengerin curhat, dilarang keras melanjutkan membaca tulisan ini, atau prinsp kamu bakal goyah#tsah
Judul : Air mata abu-abu
Waktu itu kelabu, mendung menghiasi langit kota cibeber di sore harinya. Seperti hari-hari liburan lainnya, aku menghabiskan waktuku dengan bersantai bersama keluarga, membicarakan hal yang ringan-ringan, dari mulai soal 4 kawanan kucing kecil yang berlarian di dalam rumah, hingga efek pasar saham terhadap stabilitas perekonomian dalam negeri.
Adikku si bungsu, Thoriq, dari pagi memang sudah tidak terlihat batang hidungnya. Efek dari orang yang sosial skillnya bagus adalah : punya bayak teman, jadi adikku yang satu ini dari pagi berkunjung ke rumah temannya, agak jauh dari rumah, naik ojeg. FYI, adikku yang bungsu ini sekarang kelas 1 SMA.
Kejadiannya terjadi tepat ketika aku mengganjilkan usia 21ku. 25 Agustus, mendung, benar-benar suasana yang sejuk. Tapi, ada yang aneh sore hari itu, adikku belum pulang-pulang juga ke rumah! Bapa yang mulai khawatir mencoba menelpon, namun tidak diangkat-angkat. Sekelebat pikiran aneh selalu menyelimuti para orang tua ketika anaknya tidak mengangkat telpon. Aku yang agak sedikit khawatir, mencoba mengsmsnya berkali-kali.
Oik, di mana? cepet pulang geh, bapa kangen cenah. hehehe
Oke, cukup menyita waktu ketika menunggu balasan smsnya.
Lagi menjalankan misi rahasia dulu. hehehe
Sejak kapan adikku jadi agen? curiga agen obat jerawat#eh
Tak lama setelah itu, oik pulang ke rumah dengan wajah sumringah-lelah nya, dia menyerahkan kantong kresek berwarna ungu padaku.
"Ini, hadiah," ucapnya tanpa basa-basi.
Aku yang koneksi ngeh nya masih sebatas GPRS, belum HSDPA, menatap lekat-lekat benda yang kupegang, dan langsung kubuka, begitu aku sadar...itu hadiah ultahku! pertama dari adikku!
Isinya : wadah-wadahan dari kain, kerudung, kaus kaki.
Setelah melihat ketiga benda itu, air mataku keluar. Banyak. Kini aku tahu kelebihanku selain kelebihan berat badan, aku juga kelebihan air mata. Dari mulai ucapan terima kasih, komentar soal harga, hingga protes pingin hadiah boneka aku ucapkan sambil menangis.
"Tadinya mau beli boneka, ada yang warna kuning, boneka ayam gitu..."
Aku mendengar penjelasannya dengan mata berbinar membayangkan boneka ayam warna kuning#bayaangg
"...tapi nggak jadi beli, dipikir-pikir apa manfaatnya boneka? harganya juga sama dengan ketiga barang itu, insya Allah lebih manfaat," jelas adikku, ditutup dengan tawanya.
Ehm, adikku, dewasa. Setelah itu, aku menyeka air mataku dan tertawa, "Ya Allah, sampai gitu ya mikirnya?" tapi aku tetap menegaskan, "Tahun depan boneka."
---
Yah, candaan ringan di tengah-tengah keluarga sederhana. Semoga jalinan persaudaraan seperti ini tetap terjalin seperti ini meski kita sudah punya cucu nanti ya, adikku.
NB : judul sama cerita emang nggak nyambung, pembaca nggak usah terharu gitu.
hehe
Komentar
Posting Komentar