Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2015

NewMom Diary #4: Baby Blues?

Gambar
Kehidupanku berubah 180 derajat. Aslinya. Tahu penjara? Rasanya seperti itu. Dipenjara. Dipenjara dalam cinta.. #eaaa Dulu, sebelum punya anak, pagi-pagi bisa santai menyiapkan sarapan untuk suami. Mandi, berpakaian rapih, menyapu dan mengepel rumah, lalu menikmati segelas susu hangat sambil mendengarkan MQFM. Ah, nikmat manakah yang kau dustakan? Setelah punya anak…

Newmom Diary #3: ASIX vs Sufor

Gambar
Panggil saya Mahmud. Iya, maMAH MUDa, hehe. Saya resmi menjadi ibu tanggal 27 Juli kemarin. Tapi hampir saja saya gagal menjadi ibu. Lho? Bukannya udah brojol ya dedenya? ASI saya tidak keluar.   Itu sama rasanya seperti lama-lama menggesek batu untuk menciptakan api, api tercipta, tapi tidak ada bahan makanan yang bisa dimasak. Percuma. "Udah, dikasih susu formula aja. Kasihan tuh dedenya, nangis terus. Lapar."   "Duh, kasihan ya dedenya nangis terus. ASInya nggak ada, sih."   "Oh, susuin dede ke ibu itu aja, ASInya kayaknya banyak."

Newmom Diary #2: Hi, I'm Ismail!

Gambar
Ismail Karim Mardani.   Nak, kami beri nama kamu begitu. Nama ini sudah ummi dan abi persiapkan sejak kamu 4 bulan di dalam kandungan. Yah , nama lengkapnya sih baru terpikirkan setelah kamu lahir. Tapi 'Ismail' seperti sudah Allah gariskan menjadi namamu, karena abimu mendapatkan nama itu lewat mimpinya.

NewMom Diary #1: Akhirnyaa!

Gambar
“Akhirnyaaa...!” uwa tertawa girang menatapku dan bayiku rebahan di ranjang.   “Ya, akhirnya merasakan,” aku pun tertawa.   Ibu, melahirkan secara normal ternyata tak semudah yang kubayangkan sebelumnya. Segala teori yang kubaca dari berbagai artikel soal meringankan rasa sakit melahirkan tak ada satu pun yang mempan.   “Tarik nafas lewat hidung, hembuskan perlahan lewat mulut,” tips dari sebuah artikel, atau, “Bayangkan anda akan memeluk bahagia buah hati anda dalam beberapa jam ke depan, abaikan rasa sakit.”   Nyatanya, sakit tetaplah sakit. Ada yang bilang melahirkan itu seperti perjuangan hidup dan mati. Aku setuju, bu. Saat mencapai puncak, rasanya aku tak peduli lagi mau mati atau hidup, aku pasrah, yang penting rasa sakit ini akan segera hilang.