My Day #5 DEWASA
Yang dari awal ngikutin My Day pasti heran kenapa dari Chapter 3
lagsung loncat ke Chapter 5? *pede abis.
Yah, anggap Chapter 4 itu chapter yang hilang, sebenarnya saya sudah
menulis Chapter 4 di laptop, tapi entah kenapa setelah dibaca ulang, lebih baik
tidak dipublikasikan. Dan, biar senada dengan tema, kita anggap saja Chapter 4
itu sebagai chapter loncatan menuju kedewasaan#hah.
Tema kali ini : Dewasa.
Menurut kalian, apa itu dewasa? Terkadang saya rada aneh sama istilah
ini. Waktu kecil, orang tua sering berkata, “Ih, Afi udah dewasa,” ketika saya mengalah
di pertempuran memperebutkan mainan bersama adik. Waktu kecil ketika ingin
mendengar pujian mamah, caranya cukup simpel : mengalah saat bertengkar, dan
itu cukup membuatku disebut ‘Dewasa’.
Secara usia, dipandang dari Islam, dewasa=baligh. Mukallaf, istilah
arabnya—alhamdulillah, masih inget—artinya orang yang sudah diberi beban. Beban
di sini maksudnya sudah diberi kewajiban dan tugas sebagai manusia dari
Rabb-Nya. Ukuran kapan kita baligh, check aja langsung di google.
Melihat ke sekitar, banyak teteh-teteh cantik berkerudung panjang yang
kadang membuatku kagum. Aku ingin seperti teteh itu, aku ingin seperti dia. Dan
tak jarang, adik kelasku pun banyak yang membuatku kagum lewat perilakunya,
sopan santunnya, yang ampuh buat aku sadar kalau aku masih jauh dari
kedewasaan.
Dewasa itu?
Bagiku, dewasa itu tidak kekanak-kanakan#gubrak
Peka terhadap keadaan, mengambil alih kendali emosi ketika banyak badai
ujian dan bencana melanda. Dewasa itu ketika kamu berpikir jauh, berpikir dari
setiap reaksi yang bakal timbul ketika kamu melakukan suatu aksi (Hukum Newton
III*ciee). Dewasa itu, ketika kamu lebih memikirkan orang lain daripada dirimu
sendiri. Dewasa itu...keren.
Ketika banyak orang yang panik akan suatu penyimpangan keadaan, orang
yang bersikap dewasa tidak ikut-ikutan panik, ia langsung mengamati kondisi,
menenangkan, mencoba berbagai solusi. Meratap bukan kebiasaannya, karena
bangkit selalu bisa ia lakukan.
Well, itu definisi dari kamus pengalamanku yang umurnya baru 21 tahun. Bagiku
setiap orang punya pilihan, kapan ia harus bersikap dewasa, dan kapan ia boleh
kekanak-kanakan. Hanya lakukan di saat yang tepat.
Btw, akhir chapter ini agak ngegantung yah, gomen. Ya udah gitu aja,
hehe, bye bye :D
Komentar
Posting Komentar