Diary Dhuha: Menatap Bintang
Meski kau tak
menyadari, aku sering bercerita padamu,
menganggapmu seolah mendengar dan
memberi saran,
Selayaknya nabi
Ibrahim as, keberadaanmu membuatku sadar akan pencipta kita,
Memandangmu takjub
bahwa Sang Maha Kuasa adalah Sang Penyayang.
Namun tak jauh beda
dengan nasib bintang,
Kau terlalu sulit
untuk kujamah,
Aku hanya satu titik
dari ribuan orang yang menganggapmu indah di bawah sini,
Melambai pun aku malu,
aku hanya bisa mensyukurimu dari jauh.
Terkadang aku menangis
bila awan menutupimu sehingga aku jadi buta akan keberadaanmu,
Tak jarang hatiku
sakit kala cahayamu redup karena energimu berkurang,
Sering aku hanya bisa
menggigit bibir ketika posisimu menjauh padahal aku tak diizinkan mencarimu.
Namun hatiku tetap
berdebar, bila kau berkelip meski hanya sedetik,
Senyumku selalu
terkembang bila melihat kau bersinar tepat di atas ubunku,
Pasrah ku menghadap
pada pencipta kita, bila tersadar mataku terlalu silau melihatmu.
Harapku sederhana,
jika kau tak bersinar untukku di dunia, kuharap di akhirat aku menjadi langit
bagimu,
Doaku tak mewah, hanya
ingin bersinar sepertimu,
membangkitkan semangat manusia ketika hatinya mendung.
Rabbii, bukankah cinta
itu luar biasa?
--Diary Dhuha: Menatap
Bintang--
Komentar
Posting Komentar