My Day #13 Indonesia Berubah! Henshin!!
After effect baca bukunya @maswaditya bawaan adik. Judulnya agak nyeleneh, nambah butir Pancasila dengan Sila ke-6: Kreatif Sampai Mati!
Tiap habis baca buku ini, meski bacanya nggak berurutan, entah kenapa 10 menit pertama tuh efek sampingnya dahsyat banget. Mulai dari nyari kertas, corat-coret sesuatu yang sesuatu banget, sampai ide bikin gerakan #IndonesiaBerubah ini tercetus. Nggak jauh beda dengan pemikirannya mas waditya yang yakin sebenernya semua orang itu bisa kreatif, termasuk orang-orang Indonesia, cuma pada malas aja, termasuk saya, hehe. Dan paginya disuguhi artikel terbaru mba murniramli (mas dan mba ini bener-bener jadi inspirasi saya). Tahukah anda bahwa ada sebuah SD di Jepang yang menerapkan target membaca untuk murid-muridnya sebanyak 10000 buku pertahun? Kalau diitung-itung 10.000 buku coy, dibagi 12 bulan.... 833 buku perbulan! Dibagi lagi 30 (perhari) jadinya...itung aja sendiri, saya aja langsung nelen air 1 galon.
Setelah tahu bagaimana lahapnya orang Jepang terhadap buku, baik dari artikel tersebut dan dari pengalaman istri pimpinan pondok pesantren tempat saya dulu menimba ilmu ketika beliau mendapat kesempatan untuk studi banding ke negeri Naruto itu, beliau kaget karena di mana-mana semua warga Jepang itu membaca! Di angkutan umum, di tempat umum, kalau lagi diam ya membaca. Saya sih dulu lebih sering bengong, ngelamun, atau ngobrol. Jadi malu bagaimana negeri yang kebanyakan penduduknya tidak memiliki agama tetap itu malah lebih menghargai waktu dengan membaca sebanyak-banyaknya.
“Jarang baca buku sih, kalian!” dan, bergema... ma.. ma.
Komentar di atas adalah komentar dosen saya tiap menyadari ketidak berwawasan mahasiswanya. “Kalau kalian sering baca, menulis skripsi juga mudah karena banyak referensi!” Oh, cukup dengan skripsi, saya menyesal baru sadar sekarang, dan bersyukur disadarkan sekarang bukannya nanti-nanti, hehe.
Akhirnya, tanpa pandang suhu lagi (hah??) meski kemarin itu cuacanya panas menyengat, setelah baca buku KSM dan dibayang-bayangi artikel mba murni, saya keluar kamar dengan kostum lengkap: jilbab, sweater, rok panjang, dll ( karena masih banyak sepupu di rumah :’( ), lantas mengambil sebilah spidol dan sepapan kertas (halah) mencoba membuat sketsa propaganda untuk ide spontan ini. Gerakan #IndonesiaBerubah dengan gerakan pertama: Yuk Baca Buku 30 menit/hari! Saya nggak peduli kalau nanti ternyata gerakan ini sebenarnya sudah ada, karena yang terpenting itu bergerak! Karena pencipta otak ini sama, jadi bukan mustahil kalau ilham itu turun secara bersamaan *tsahh
And, ikhwahfillah... (saudara-saudaraku),
Bener banget apa yang Albert Einstein katakan, “Kreatif itu menular, sebarkan!” beberapa menit setelah saya diam untuk menggambar di tengah rumah, sepupu-sepupu saya yang masih kecil-kecil melihat, ikutan tengkurep, minta kertas, dan ikut menggambar! Setidaknya saya lebih suka mereka menggambar daripada berceloteh nggak jelas, nonton tipi, atau kegiatan bersifat konsumtif lainnya. Karena menggambar adalah produksi! Eh, produktif! Yee!
Sejurus kemudian, rak buku di rumah disulap jadi tempat pamer karya masing-masing. Orang tua-orang tua mereka rata-rata kagum dengan hasilnya, “Saya nggak nyangka anak saya bisa ngegambar..” cenah (dengan bahasa Sunda)
Kalau kayak gini terus ceritanya, yakin Indonesia bisa lebih maju dengan cepat. Agak miris dengan perkataan orang Jepang yang datang berkunjung ke kampus untuk sosialisasi daur ulang sampah dengan Yakult. Orang Jepang itu (saya lupa lagi namanya, yang jelas dia laki-laki dan masih muda, ehm) menunjukkan beberapa foto tentang kondisi pasar di Indonesia, yang mana tumpukan sampah bersebelahan dengan yang jualan sayuran. “Kok bisa begini?” tanyanya, lalu beliau melajutkan, “Kondisi persampahan Indonesia seperti ini, sebenarnya sama dengan kondisi Jepang.. 50 tahun lalu!” Entah kenapa kok rasanya itu merupakan kalimat halus yang kurang lebih maknanya, “Jadi kalian bangsa Indonesia itu sudah tertinggal 50 tahun!” JLEB.
Oke, cukup dengan pengalaman-pengalaman dan pemikiran-pemikiran rada keren di atas, yuk yang ngaku muda dan berjiwa muda, semangat membara jangan hanya ditransformasikan ke narsis upload foto fb dan berlomba-lomba buat status alay. Yakin deh, kelahiranmu ke dunia itu punya misi khusus untuk kebaikan. Saya setuju banget dengan pernyataan Mas Gembol (Menteri Desain RI belum/tidak sah) bahwa ikut berbakti pada negeri juga bisa dilakukan hanya dengan sarungan sambil laptopan dan mempengaruhi anak muda untuk berkarya! Jadikan diemnya kita itu bahkan bermanfaat buat orang banyak!
Yak, nama saya Amaliya, gadis cilik lincah riang—saya akui itu—undur pamit. Ehehe.
Indonesia Berubah! Henshin!
Tiap habis baca buku ini, meski bacanya nggak berurutan, entah kenapa 10 menit pertama tuh efek sampingnya dahsyat banget. Mulai dari nyari kertas, corat-coret sesuatu yang sesuatu banget, sampai ide bikin gerakan #IndonesiaBerubah ini tercetus. Nggak jauh beda dengan pemikirannya mas waditya yang yakin sebenernya semua orang itu bisa kreatif, termasuk orang-orang Indonesia, cuma pada malas aja, termasuk saya, hehe. Dan paginya disuguhi artikel terbaru mba murniramli (mas dan mba ini bener-bener jadi inspirasi saya). Tahukah anda bahwa ada sebuah SD di Jepang yang menerapkan target membaca untuk murid-muridnya sebanyak 10000 buku pertahun? Kalau diitung-itung 10.000 buku coy, dibagi 12 bulan.... 833 buku perbulan! Dibagi lagi 30 (perhari) jadinya...itung aja sendiri, saya aja langsung nelen air 1 galon.
Setelah tahu bagaimana lahapnya orang Jepang terhadap buku, baik dari artikel tersebut dan dari pengalaman istri pimpinan pondok pesantren tempat saya dulu menimba ilmu ketika beliau mendapat kesempatan untuk studi banding ke negeri Naruto itu, beliau kaget karena di mana-mana semua warga Jepang itu membaca! Di angkutan umum, di tempat umum, kalau lagi diam ya membaca. Saya sih dulu lebih sering bengong, ngelamun, atau ngobrol. Jadi malu bagaimana negeri yang kebanyakan penduduknya tidak memiliki agama tetap itu malah lebih menghargai waktu dengan membaca sebanyak-banyaknya.
“Jarang baca buku sih, kalian!” dan, bergema... ma.. ma.
Komentar di atas adalah komentar dosen saya tiap menyadari ketidak berwawasan mahasiswanya. “Kalau kalian sering baca, menulis skripsi juga mudah karena banyak referensi!” Oh, cukup dengan skripsi, saya menyesal baru sadar sekarang, dan bersyukur disadarkan sekarang bukannya nanti-nanti, hehe.
Akhirnya, tanpa pandang suhu lagi (hah??) meski kemarin itu cuacanya panas menyengat, setelah baca buku KSM dan dibayang-bayangi artikel mba murni, saya keluar kamar dengan kostum lengkap: jilbab, sweater, rok panjang, dll ( karena masih banyak sepupu di rumah :’( ), lantas mengambil sebilah spidol dan sepapan kertas (halah) mencoba membuat sketsa propaganda untuk ide spontan ini. Gerakan #IndonesiaBerubah dengan gerakan pertama: Yuk Baca Buku 30 menit/hari! Saya nggak peduli kalau nanti ternyata gerakan ini sebenarnya sudah ada, karena yang terpenting itu bergerak! Karena pencipta otak ini sama, jadi bukan mustahil kalau ilham itu turun secara bersamaan *tsahh
Logo editan Yuk Baca Buku! with Paint Tool SAI + Photoshop |
desain awal, energi 10 menit pertama, yeah! |
wujud asal dari propaganda Yuk Baca Buku! |
And, ikhwahfillah... (saudara-saudaraku),
Bener banget apa yang Albert Einstein katakan, “Kreatif itu menular, sebarkan!” beberapa menit setelah saya diam untuk menggambar di tengah rumah, sepupu-sepupu saya yang masih kecil-kecil melihat, ikutan tengkurep, minta kertas, dan ikut menggambar! Setidaknya saya lebih suka mereka menggambar daripada berceloteh nggak jelas, nonton tipi, atau kegiatan bersifat konsumtif lainnya. Karena menggambar adalah produksi! Eh, produktif! Yee!
WARNING! Kreatif itu ciyus menularr!! |
Sejurus kemudian, rak buku di rumah disulap jadi tempat pamer karya masing-masing. Orang tua-orang tua mereka rata-rata kagum dengan hasilnya, “Saya nggak nyangka anak saya bisa ngegambar..” cenah (dengan bahasa Sunda)
rak pameran dadakan :) |
Oke, cukup dengan pengalaman-pengalaman dan pemikiran-pemikiran rada keren di atas, yuk yang ngaku muda dan berjiwa muda, semangat membara jangan hanya ditransformasikan ke narsis upload foto fb dan berlomba-lomba buat status alay. Yakin deh, kelahiranmu ke dunia itu punya misi khusus untuk kebaikan. Saya setuju banget dengan pernyataan Mas Gembol (Menteri Desain RI belum/tidak sah) bahwa ikut berbakti pada negeri juga bisa dilakukan hanya dengan sarungan sambil laptopan dan mempengaruhi anak muda untuk berkarya! Jadikan diemnya kita itu bahkan bermanfaat buat orang banyak!
Yak, nama saya Amaliya, gadis cilik lincah riang—saya akui itu—undur pamit. Ehehe.
Indonesia Berubah! Henshin!
Tetap semangka ya!!!
BalasHapusSiap!
HapusAyo rakus membaca!
BalasHapusganbarimashou~!
Hapus