Diary Laila: Tiba-Tiba dan Penanda
Entah
sejak kapan, aku menyukai sesuatu yang tiba-tiba.
Sesederhana
kejutan,
Semacam
pertunjukan di luar dugaan,
Sejenis
degup jantung yang tetiba berdegup sembarang
…
Entah
sejak kapan, aku menyukainya.
Seperti
dulu ketika ibu bertambah usia,
Kami
siapkan kue tak lupa surat cinta,
Terpajang
elok di lemari yang selalu ia buka,
Begitu
menemukannya,
Kutahu
jelas ibunda sangat bahagia.
Kejutan,
Hal-hal
di luar dugaan,
Takdir.
Baik suka
maupun duka,
Bagiku
adalah sesuatu yang menakjubkan.
Dengannya
Rabb seolah memberi tanda:
"Nyawamu
ada dalam genggam-Ku."
"Tenang,
aku bersamamu."
Dan
berjuta ekspresi lain penanda cinta-Nya,
Sebagai
penjaga agar aku lulus dengan predikat juara,
Di
universitas kehidupan dunia.
Jadilah
tsunami di Aceh, penanda bahwa Allah dalam sekejap bisa membinasakan.
Jadilah
kebakaran kecil di dekat rumah kemarin, penanda bahwa harta kami tetap
milik-Nya, bisa kapanpun kembali kepada pemiliknya.
Jadilah
sakitnya bapak, penanda bahwa selagi masih bisa bersua di situ peluang menuai
pahala.
Jadilah
kalimat indahmu minggu lalu, penanda bahwa Allah sedang menjagamu dengan
harapan yang baik.
Dengan
harapan yang baik, Allah menjaga hamba-Nya.
Dari
penanda sebesar tsunami,
Hingga
penanda sesederhana harapan,
Meski
tsunami dan harapan munculnya tak selalu sesuai dugaan,
Aku
menyukainya sebagai penanda penjagaan-Nya.
Agar
manusia selalu berada di jalan yang benar,
Hingga
Hari Peradilan digelar.
Rabbii,
Meski
kejutan dari-Mu kadang terasa sakit di hati,
Aku
percaya,
Kau tak
akan membebani hamba-Mu di luar kemampuannya.
Hingga
cinta yang tiba-tiba datang ini,
Bukankah
Kau percaya aku bisa mengendalikannya?
Karena
bagiku cinta itu energi,
Selangka bahan bakar yang amat menggerakkan.
Menggerakkanku
untuk lebih baik, lebih mendekati-Mu.
--
Kepompong,
20 Mei 2014
Di tengah
perjalanan mempercantik diri menjelang Ramadhan.
Komentar
Posting Komentar