Postingan

5 Rekomendasi Mainan yang Bisa Dibeli Saat Promo 7.7

Gambar
Shopee 7.7 Promo Gratis Ongkir Mulai Rp.0 mulai lagi, deh! Emak-emak pasti udah tahu banget setiap tanggal cantik gini, emak bisa dapat free ongkir walau belanja di bawah 30 ribu. Saya paling suka manfaatin promo ini buat beli mainan anak-anak yang under-rated tapi worth it banget buat bikin anak betah #dirumahaja. Apa saja rekomendasi belanjaan kali ini? Simak, ya! 1. Jenga/Uno Stacko ala-ala Jenga ini bisa banget dimainkan bareng anak-anak. Selain itu bisa juga untuk anak berkerasi dengan balok-balok kayunya. 2. Domino Block Membayangkan si kecil menyusun domino lalu mengkreasikannya dalam berbagai pola sepertinya menarik, ya! Domino block warna-warni ini juga bisa digunakan untuk bermain kelompok warna. 3. Skipping Rope Nah, kalau yang ini olahraga murah meriah buat orangtuanya dan bisa dilakukan #dirumahaja. 4. Karet Gelang Karet gelang ini selain bisa dimainkan anak-anak untuk lompat tali, juga bisa untuk buat ketapel atau untuk menembak cicak di rumah. Selain itu, proses men

ART, Yay or Nay?

Gambar
Menurut kamu, seberapa penting, sih punya ART? Apalagi yang punya balita lebih dari satu anak? Saya mau bagi pengalaman aja kali ini. Tentang IRT yang mengerjakan semuanya sendiri, atau IRT yang hire ART. Saat saya kecil, Mama adalah IRT. Mama melepaskan cita-citanya sebagai dosen, demi mendampingi kami di rumah. Tapi bukan berarti Mama sendirian, Bapak selalu ambil ART, minimal 2 orang. Jadi semasa kecil, saya kenyang banget diperhatikan Mama, makan masakan Mama, ngemil kue buatan Mama, pakai baju lebaran buatan Mama, sampai saya punya mukena eksklusif--karena nggak ada zaman itu anak yang punya mukena kayak saya--mukena dan sajadah yang bisa multifungsi jadi tasnya. Saat SD punya tas buatan Mama 2 buah, satu-satunya yang nggak pernah kesampaian adalah buat kue ulang tahun, hahaha. Mama cuma buat cookies, kue salju, pokonya kue kering gitu. Nah, sampai punya anak 2, saya berprinsip nggak akan hire ART. Saya bisa kok sendiri. Superwoman pokoknya. Dari mulai cuci piring, baju, jem

Keyakinan Soal Pandemi

Gambar
"Istrinya ke mana, pak?" tanya bapak D. "Di rumah aja, pak. Ada bayi soalnya," jawab suami "Oohhh, bawa aja padahal bayinya juga. Nggak apa-apa, kok," komentarnya. Itu penggalan percakapan antara suami dan tetangga, sebut saja Bapak D, kemarin pagi. Kemarin, tetangga kami (sebut saja Ibu Mawar), mengadakan acara akad dan resepsi pernikahan anaknya. Satu minggu sebelumnya suami Ibu Mawar datang ke rumah meminta tanda tangan suami dan warga lainnya untuk tanda bukti bahwa warga sekitar telah memberikan izin diselenggarakannya hajatan ini. Berhubung kelurahan, rt, rw, TIDAK BISA MEMBERIKAN IZIN SAMA SEKALI DIKARENAKAN PANDEMI. Sebelumnya aku dan suami bersepakat, untuk memenuhi undangan, cukup suami saja yang hadir. Emak dan anak-anak lockdown di rumah. Keputusan ini kami ambil mengingat undangan yang hadir diprediksi 200an orang, dan dari berbagai kota. Jadilah kemarin pagi suami sudah batikan sementara akunya masih dasteran, hahahahha. Sepulang kon

Serba-Serbi Kelakuan Anak saat #Dirumahaja

Gambar
Sudah 1 tahun lebih, corona mampir ke negara kita--khususnya. Wabah ini memaksa manusia mau tidak mau melakukan pola hidup sehat: makan makanan yang sehat dan bergizi, istirahat cukup, olahraga, dan minim stress. Harusnya. Kadang aku berpikir, apa ini bentuk teguran dari Allah, ya? Ibu-ibu jadi terpaksa tetap di rumah dan jadi guru dadakan untuk anak-anaknya sebab sekolah tutup. Para Ayah mau nggak mau harus lihat kelakuan anak-anaknya 24/7, lalu jadi paham kenapa istrinya selalu terlihat lelah setiap kali mereka pulang kerja. Di saat itu aku sadar, bagi Allah, menghancurkan semesta ini mudah, bahkan dengan cara yang menurut manusia alami sekali-pun. Bagiku, pandemi ini memaksaku--untuk fokus dengan anak-anak, dalam artian tanpa jeda. Biasanya ada pelarian main ke rumah tetangga, sekarang tidak. Cukup mengekor saja sang Ibu ke mana-mana, ke toilet sekali pun. Menggendong anak sambil menunaikan hajat? Sudah jadi profesional semenjak pandemi ini. Yang paling sulit sebenarnya baga

Refleksi Hari Ini

Gambar
Hari ini mau posting tulisan yang mengendap di Notes, tapi belum dipublish. Tulisan ini merupakan bagian dari 15 minutes writing challenge dari SCHOLE. Dan isinya relate banget sama yang kualami hari ini. Peluk dulu untuk diriku sendiri.

Berbicara dengan Dia lewat Matematika

Gambar
Apa pikiranmu saat membaca judul tulisanku ini? Siapa yang kumaksud dengan "Dia"? Pernah suatu hari aku tak sengaja menemukan riwayat transfer di mobile banking suami yang tertera bahwa suamiku mengirim sekian ratus ribu untuk si Z. Aku kenal dengan Z. Tenang, dia pria. Tanpa ragu kubuka Whatsapp suamiku. Kami memang tak ada privasi dalam hal ini. Dia bebas mengakses ponselku, begitu pun aku. Aku sering membuka Whatsappnya untuk mengetahui jadwal mengajarnya setiap hari. Seperti sekretaris. Kadang dia ketiduran di saat harus mengajar, atau lupa. Dalam whatsappnya, kutemukan bahwa suami sehari sebelumnya membeli raket pada Z dengan harga sekian. Aku kaget, tentu saja. Bulan lalu baru saja beli raket baru, kenapa beli lagi? Sebelumnya kami memang bersepakat bahwa dia boleh beli apapun yang dia butuhkan, tapi aku sebagai istrinya berhak mendapatkan jatah belanja untuk diriku sendiri dengan nominal yang sama. Kami berdebat cukup panjang sebelum menyepakati hal ini. Seperti

MULAI LAGI

Gambar
Hari ini lihat status Whatsapp @evifauziahfazeh tentang tulisannya yang baru saja dia post di Blognya (klik link di sini ). Isi tulisannya sungguh keseharianku banget--kecuali bagian di Turki--yaitu soal mood saat membersamai anak. Kayaknya ini mah masalah semua emak-emak deh, ya. Edalah, jadi keingetan: KAN AKU JUGA PUNYA BLOG YAA AMPOON. Postingan terakhir tahun 2017. Lalu ada pula postingan mengenai pengalaman melahirkan anak sulungku, Ismail (klik di sini ). Dan sekarang kubaca lagi SAAT ANAK KE-3 UMURNYA MAU SETAHON. Kalau blog ini orang, udah ngambek kayaknya dia karena kucuekin 2 tahun. Dan saat swipe bar atas layar hp KOK TANGGALNYA ANU BANGET, eh, maksudnya, tanggal 1 gitu. SATU. Pas banget untuk mulai dengan hashtag #catatanafie2021day1 ye kan, ye khaann??? Jadi, aku akan mulai lagi. Moga yang baca bisa ambil hikmahnya, ya! Terutama kamu, iya, diriku sendiri. Saat baca tulisan ini lagi kamu harus inget kamu nulis ini hampir tengah malam dan suasana hatimu lagi bag