Serba-Serbi Kelakuan Anak saat #Dirumahaja


Sudah 1 tahun lebih, corona mampir ke negara kita--khususnya. Wabah ini memaksa manusia mau tidak mau melakukan pola hidup sehat: makan makanan yang sehat dan bergizi, istirahat cukup, olahraga, dan minim stress. Harusnya.

Kadang aku berpikir, apa ini bentuk teguran dari Allah, ya? Ibu-ibu jadi terpaksa tetap di rumah dan jadi guru dadakan untuk anak-anaknya sebab sekolah tutup. Para Ayah mau nggak mau harus lihat kelakuan anak-anaknya 24/7, lalu jadi paham kenapa istrinya selalu terlihat lelah setiap kali mereka pulang kerja.

Di saat itu aku sadar, bagi Allah, menghancurkan semesta ini mudah, bahkan dengan cara yang menurut manusia alami sekali-pun.

Bagiku, pandemi ini memaksaku--untuk fokus dengan anak-anak, dalam artian tanpa jeda. Biasanya ada pelarian main ke rumah tetangga, sekarang tidak. Cukup mengekor saja sang Ibu ke mana-mana, ke toilet sekali pun. Menggendong anak sambil menunaikan hajat? Sudah jadi profesional semenjak pandemi ini.

Yang paling sulit sebenarnya bagaimana anak-anak bisa tetap happy meski main di rumah. Biasanya anak-anak kubebaskan main di luar bersama teman-teman sebaya mereka. Kini cukup main tanah depan rumah saja. Bermain kertas, itu yang paling mereka suka. Mengguntingnya sesuka hati, menghamburkannya di sana-sini. Berbagai cara melipat pesawat kertas sudah pernah Ismail jajali, baik dari imajinasinya sendiri maupun dari youtube. Beberapa hari main jual-jualan, dengan membuat uang dari kertas bekas sebagai alat tukar. Jualan mainan, jualan pop corn, jualan buku. Pembelinya? Tentu saja emaknya 😆

Pernah karena sedang lelah sehabis memasak sambil menggendong Fatimah aku menjadi pembeli yang ogah-ogahan.
"Bang, beli ya mainan apa aja, bayarnya pakai kartu nih," ujarku sembari memberikan kartu transjakarta.
"Umi kok gitu sih, mainnya?" tanya Ismail sambil cemberut.
"Gitu gimana? Ini kan umi ikut main," kataku.
"Iyaa. Tapi uminya ga seneng itu mah!"
"Hahahahaaa. Emang keliatan?"
"Keliatan laaaahh. Uminya begini," katanya sambil menirukan wajah lesuku.

Gini, nih. Kalau di rumah mulu. Semua ekspresi terlihat sebagaimana pun aku coba sembunyikan.


Tiap hari ya begini.

Kelakuan lain mereka yang sepertinya kelakuan semua anak juga: bermain air. Pernah karena udah gak ada ide lagi harus bermain apa sama anak-anak, aku mengajak mereka mencuci sepeda-sepeda dan sendal-sendal. Tentu saja mereka senang bukan main. Dan ujung-ujungnya main berenang-berenangan di teras depan rumah. Cara mainnya baskom berisi air ditumpahkan di lantai, lalu anak-anak kecipak kecipuk sendiri menirukan berenang di atas lantai yang licin.

Terakhir, ini yang paling manfaat dan buat emak senang. Sebelum tidur kami biasa membereskan seisi rumah dan berbagi tugas. Faris paling senang mengumpulkan sampah, Ismail paling senang merapikan seprai dan bantal, ayahnya bagian mengepel dan mencuci piring, sedangkan aku merapikan dan menyapu. Tapi ga tiap hari akur gitu juga, sih. Hahahaaa. Setidaknya ada harapan di masa depan ngerjain kerjaan rumah ga bakal sendirian lagi.

Pandemi, segeralah berakhir. Emak pengen mudik.

#catatanafie2021day4

Komentar

Postingan populer dari blog ini

15 Situs Download dan Baca Komik Gratis

Kotoba #2 ほっといて!  (Hottoite!)