Refleksi Hari Ini


Hari ini mau posting tulisan yang mengendap di Notes, tapi belum dipublish.
Tulisan ini merupakan bagian dari 15 minutes writing challenge dari SCHOLE. Dan isinya relate banget sama yang kualami hari ini. Peluk dulu untuk diriku sendiri.


Mau nulis apa ya, hahahaha.
Gapapa, yang penting 15 menit. Nah, pas nulis ini jam 10.17, berarti mesti selesai jam 10.32. Oke. Harusnya nulis ini tuh kemarin. Berhubung ngantuk berat, yaa Allah. Semenjak anak 3, mata udah ga bisa kompromi. Berat ya berat aja gitu kelopak matanya, ga bisa diajak buat lawan gravitasi sesekali, haha.

Hari ini nanti malam rencana jam 19.30 mau ikut kulwap dari @anakjugamanusia. Dari hari Senin sudah submit pertanyaan mengenai masalah dengan anak. Ya apalagi kalau bukan tentang si sulung kami yang kreatif, aktif, dan perasa. Belakangan setiap hari dia minta sesuatu. Dari mulai yang gampang-gampang (mau makan mie) sampai yang agak ehem kalau dikabulkan (beli sepeda baru). Pelajaran banget deh buat adek-adeknya nanti, meski keinginan anak tampak mudah (beli jajanan 500an, atau kue 2000an) tapi pastikan ada batas yang sudah disepakati sebelumnya (misal sehari jajan 5000 dan tentukan yang boleh mana), kalau nggak disepakati, karena sering dikabulkan, efeknya waduh. Bisa ngamuk karena nggak dikabulkan, atau ngerasa kita nggak adil sama dia bahkan dia ngerasa kita nggak sayang.

Sekarang sesuai saran pak Angga @anakjugamanusia, Ismail sedang berlatih menaikkan batas kemampuan kecewanya. Bahwa nggak semua yang kita mau itu harus selalu ada. Bisa berbusa-busa emak kalau ngomongin ini sama Ismail, tapi ngertinya nggak. Jadi mending ke teknis langsung. Gimana dia mesti latihan tentang "rasa kecewa" ini setiap hari, lama-lama semoga dia bisa memenej rasa kecewanya ini baiknya harus bagaimana.

Di luar itu, Ismail anak yang peka, sayang sama adiknya (yang bayi), sama Faris mah jadi teman berantem, tapi masih tahapan wajar karena aku sama adik dulu juga begitu, berantem sampai ada salah satu yang nangis, baru berhenti.

Suami juga serasa dapat ilmu baru dalam pengasuhan anak setelah kuceritakan saran dari pak Angga baiknya begini, begitu. Yang kusyukuri, ketika diri sendiri dan pasangan bersedia mengubah diri dan bersedia menerima ilmu "baru" dan menjadikan masa lalu kita saat itu sebagai anak kecil, perlakuan orang tua yang kurang pas kita terima saat dulu, sebagai perbandingan saja dengan diri kita sekarang saat menghadapi anak.
Apa mau kayak dulu aja lagi?
Apa kita tidak bisa berbeda? Bukankah kita orang terpelajar?
Pada akhirnya setiap pillow talk malam sama suami, yang isinya nggak jauh dari ngomongin prilaku anak seharian itu, evaluasi mesti gimana ke depannya, berakhir pada kesimpulan: apa yang telah terjadi hari ini sebagai pelajaran untuk kita lebih baik esok hari.

Semua prilaku anak yang membuat kita kesal, sedih, adalah semata-mata bentuk kasih sayang Allah pada kita, agar kita selalu tetap meminta kepada Allah. Dalam hal apapun, termasuk minta keshalehan anak dan keshalehan diri kita sendiri.


That's 15 minutes writing challenge for this time.

#catatanafie2021day3

Komentar

Postingan populer dari blog ini

15 Situs Download dan Baca Komik Gratis

Kotoba #2 ほっといて!  (Hottoite!)