ART, Yay or Nay?

Menurut kamu, seberapa penting, sih punya ART? Apalagi yang punya balita lebih dari satu anak?
Saya mau bagi pengalaman aja kali ini. Tentang IRT yang mengerjakan semuanya sendiri, atau IRT yang hire ART.

Saat saya kecil, Mama adalah IRT. Mama melepaskan cita-citanya sebagai dosen, demi mendampingi kami di rumah. Tapi bukan berarti Mama sendirian, Bapak selalu ambil ART, minimal 2 orang. Jadi semasa kecil, saya kenyang banget diperhatikan Mama, makan masakan Mama, ngemil kue buatan Mama, pakai baju lebaran buatan Mama, sampai saya punya mukena eksklusif--karena nggak ada zaman itu anak yang punya mukena kayak saya--mukena dan sajadah yang bisa multifungsi jadi tasnya. Saat SD punya tas buatan Mama 2 buah, satu-satunya yang nggak pernah kesampaian adalah buat kue ulang tahun, hahaha. Mama cuma buat cookies, kue salju, pokonya kue kering gitu.

Nah, sampai punya anak 2, saya berprinsip nggak akan hire ART. Saya bisa kok sendiri. Superwoman pokoknya. Dari mulai cuci piring, baju, jemur, lipat, ngasuh, cebok, masak, semuaanyaaa sendiri. Kadang suami bantu, tapi ya bukan lantas jadi rutinitas dia.

Lahir anak ke-3, sempat maksain apa-apa sendiri. Capek? Jangan ditanya. Seminggu sekali saya nangis, karena memang secapek itu. Lelah fisik, emosi apalagi. Pernah minta ART ke suami, dan tiap suami jawab ga bisa karena masalah budget, saya sugestiin diri lagi kalau bisa semuanya sendiri. Gaji ART di depok di atas 1,7 per bulan, itu nggak nginep, pulang pergi gitu. Semenjak pandemi, suami potong gaji dari kampusnya, kita juga masih harus bayar kontrakan, pokoknya secara budget nggak memungkinkan banget ambil ART.

Lalu hari itu tiba.
Saya mendadak bangun tidur dengan kepala berat, sakit banget. Badan pegal sebelah, digerakkan sakit, cuma terasa nyaman kalau posisi tidur. Entah kenapa saya langsung ngerasa mau mati aja saat itu, saking sakitnya. Nggak bisa ngapa-ngapain. Suami cancel semua jadwalnya, fokus menemani saya dan anak-anak. Mungkin saat itulah suami menyadari, betapa beratnya saya di rumah. Bukan berat badan ya, itu mah udah jelas--eeehh---beratnya beban tugas di rumah.

"Udahlah mi, aku mau cari ART," kata suami.
"Eh? Tapi gajinya gimana?" Tanyaku.
"Gapapa lah, pasti ada. Daripada umi kenapa-kenapa, aku nggak sanggup." Saat suami ngomong begini, serasa ada backsound lagu-lagu film bollywood di mana pemeran pria menatap dalam kekasih hati yang akan pergi meninggalkannya.

Tapi kalau yang ini nggak auto joged, ya.
Lanjut.
Suami langsung WA sana-sini, tanya ke pak satpam, ke tetangga, sampai ke kampung, cari orang yang bisa bantu di rumah.
Sekitar 2 minggu kami ikhtiar, barulah ada kabar dari kampung, kalau saudara suami ada yang mau bantu.

Orangnya ramah sekali, anak-anak memanggilnya nenek. Pagi-pagi cekatan sekali untuk bersih-bersih rumah. Semua kerjaan rumah dia handle kecuali memasak, itu tetap tugas saya. Semenjak ada nenek, rumah rapih mulu. Berantakan dikit langsung diberesin, anak-anak juga senang karena emaknya bisa main full sama mereka, wkwk. Selain itu nenek orangnya easygoing, mudah akrab dengan siapa pun termasuk anak-anak. Tetangga tiap hari "nyampeur" nenek saat shalat tarawih, padahal baru seminggu di rumah, tapi orang-orang sudah pada kenal sama nenek.

Tapi sayang, setelah mudik lebaran kemarin, nenek ada kesibukan lain di kampung, jadinya kami melakukan semua sendiri lagi tanpa ada yang bantu.

Mau cari ART lagi, tapi bingung karena sekarang Depok sudah zona merah nggak bisa sembarangan masukin orang. Ya sudahlah, dihadapi lagi saja. Perlahan-lahan. Kalau Mama bilang, kerjaan rumah tuh kayak nyemil chiki aja. Dikeureuyeuh, santai. Kadang begitu kadang ya semua kerjaan saya tumpuk saja sampai malam, setelah jam 8 malam baru beraksi, dan esoknya bangun pagi bisa fresh karena rumah rapih.

Jadi, ART... Yay or Nay?
Kalau dikasih kesempatan lagi sih, YES!
Selain jadi perantara rezeki (ini beneran lho, waktu pakai ART ini tiba-tiba biidznillah, suami banyak banget jadwal ngajarnya, wAllahu a'lam).

Sekarang lagi berusaha buat delegasikan aja secara perlahan ke Ismail dan Faris apa yang mereka bisa: pasang seprai, buang sampah, dll. Semoga bisa jadi latihan buat mereka untuk hidup mandiri.

#catatanafie2021day6

Komentar

Postingan populer dari blog ini

15 Situs Download dan Baca Komik Gratis

Kotoba #2 ほっといて!  (Hottoite!)