Sudah Wisuda. Terus? [Part 2]
Okay.
Lanjut ke Part 2.
Setelah
kupas tuntas komentar saya yang nggak penting di bagian pertama, sekarang mari
kupas tuntas komentar saya terhadap kalimat kedua dari kalimat:
"Ini
adalah langkah awal menuju perjuangan yang sesungguhnya, teh. Doakan kami
semoga kami bisa segera menyusulmu :)"
Doakan
kami bisa segera menyusulmu.
Eum.. gimana
ya, bukannya nggak kepingin mendoakan agar kalian bisa cepet wisuda, bukan.
Mungkin kalau mendoakan, saya lebih memilih mendoakan yang terbaik untuk
kalian, adik-adikku.
Kemarin
kakak kelas saya ada yang update status begini:
Hidup ini adalah
perjuangan, perjuangan agar tetap dalam ketaatan kepada Allah (Musthafa Umar)
From
<https://www.facebook.com/rini.aprilia.54?fref=ts>
Terus ada
yang posting beginian juga:
Lantas, hal apa
yang membuat kita tidak bersyukur?
Hayuu wujudkan
bentuk rasa syukur kita, dengan membenahi hijab kita dan menjaga
batasan-batasan Allah.
Sebelum datang
masa dimana kita sulit untuk melaksanakan ketaatan..
Karena di
Perancis, seorang wanita harus bayar kalau mau berjilbab. Makin jadi penjara
aja ni dunia bagi orang-orang beriman.
Kadang
banyak temen seangkatan atau bahkan kakak kelas yang mengeluh belum
wisuda-wisuda juga. Kalau mereka sduah berusaha dan belum diberi lulus juga ya
nggak apa-apa, menurutku. Everyone has their own story. Nggak perlu sama dengan
yang lain. Meski mungkin lulus tepat waktu akan jadi kebanggan sendiri dan
keluarga, tapi kalau sudah jungkir balik usaha dan belum ditakdirkan juga, laa
hawla wa laa quwwata illaa billah. Allah punya rencana terbaik untukmu.
Seperti
jodoh #eaaa
Kemarin
sambil makan mie coba nonton lagi Ketika Cinta Bertasbih. Azzam sama Anna kalau
sudah berjodoh ya dipertemukan juga pada akhirnya, hehe. Dengan catatan,
keduanya tetap berusaha untuk menikah sebelumnya, nggak leha-leha tumpang kaki
nunggu jodoh menyapa.
Ceileee.
Oke, stop.---
Sudah
wisuda, terus? Kerja.
Sudah
kerja, terus? Nikah.
Sudah
nikah, terus? Punya anak.
Kalau
kayak begini terus yakin deh keinginan dunia itu memang nggak akan ada
habis-habisnya. Kecuali…keinginan itu kita bumbui dengan religius. Lebih mantap
rasanya.
Sudah
wisuda, terus? Kerja. Jadi kaya, nanti bikin rumah singgah tahfidz untuk anak
jalanan. Pengamen-pengamen diajarin tahsin Al-Quran. Nggak susah apa, fi? Ya
dicoba dulu, mbok. Yang memutarbalikkan hati, yang memberi hidayah tetap tugas
Yang Maha Kuasa.
Sudah
kerja, terus? Nikah. Enaknya jadi istri, apa-apa yang menyenangkan suami jadi
pahala, wuiihh, kebayang tuh pahalanya ngalir selama suami senyum setiap hari.
Sudah
nikah, terus? Punya anak. Nanti dikirim ke Palestina satu-satu, mau ikut perang
nggak apa-apa. Eh, di Indonesia dulu deng, dia jadi ilmuwan terus ciptain
nuklir invisible buat ke Israel juga oke kedengarannya.
Kejarlah akhirat, jangan lupa dunia.
“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyaat [51]: 56)
Sudah wisuda, terus?
Karena
wahai saudaraku,
Dunia ini
begitu silau,
Kadang
silaunya sampai ke mata hati,
Membuat
fitrah serasa buta akan tujuan penciptaan mulanya,
Lupa
bahwa kita dicipta untuk memuja sang Kuasa.
Terkadang
tanpa sadar kita banyak menangis,
Tapi
menangis karena harta dunia.
Mungkin
sering hati kita gundah gulana,
Tapi
penyebabnya adalah makhluk sesama.
Sementara
Rabb-Mu 24 jam yang memperhatikan-Mu tanpa lelah,
Mengatur
agar perjalananmu ke kantor tak terhalang celaka,
Hingga
mengatur setiap helai rambut yang jatuh,
Kau sama
sekali lupa.
Bahkan
ketika kau terjaga dari tidurmu di pagi hari,
Hal yang
pertama kali kau pikirkan adalah dunia.
Kiranya,
mengapa doa bangun pagi dimulai dengan hamdalah?
Karena
kata seseorang, bangun tidur adalah keajaiban.
Bukankah
kita mati sebelumnya?
Hingga di
sepertiga malam,
Kunjungi
sajadahmu dengan air mata,
Berkeluh
kesahlah di sana, banyaklah bercerita,
Lantunkan
ayat-ayat suci AL-Quran hingga hatimu merasa bergetar.
Sebagai
bukti bahwa kau bersyukur,
Sudah
diizinkan bangun setiap hari,
Diizinkan
menatap langit setiap hari.
Sehingga
dengan syukurmu,
Allah
akan memberimu lebih banyak.
Lebih
banyak nikmat, lebih banyak nikmat ketenangan hati.
"Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan
ke dalam hati orang-orang mu'min supaya keimanan mereka bertambah di samping
keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan
bumi. Dan adalah Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. Al-Fath ayat
4)
Komentar
Posting Komentar