My Day #7 Mikroskop Berjalan
Seseorang
pernah bilang, hiduplah dengan santai, jangan tergesa-gesa, nikmati segala ciptaan-Nya.
Ratusan awan yang berlayar pelan di lautan langit, bulan yang memudar
bergantian kerja dengan matahari, dan pohon-pohon yang menyegarkan mata. Dunia
ini sudah begitu indah, maka akhirat pasti akan lebih indah lagi.
Aku, suka jalan kaki.
Seperti
kalimat yang pernah Dewi Lestari goreskan dalam kumpulan cerpennya, berjalan
kaki itu bagaikan miksroskop, menilik setiap sudut yang kita tidak pernah
membayangkan ada sebelumnya padahal selama ini dia ada. Teman-temanku bahkan
kebanyakan tak sadar bahwa, di Jalan Setiabudhi ada 1 jembatan penyeberangan
yang terhalang papan reklame. Dan aku pernah sengaja memiliki misi untuk
melewatinya, merasakan bagaimana naik jembatan penyeberangan yang jarang
digunakan orang, dan takjub ketika melihat dari atas kendaraan yang lewat
sambil kaki gemetar karena takut ketinggian. Setelahnya, pejalan kaki yang ada
di sekitar jembatan terheran-heran melihatku yang turun dari jembatan dengan
wajah sumringah. Terserah mereka mau bilang aku aneh, tapi mereka yang lebih
aneh adalah mereka yang tidak menggunakan fasilitas jembatan penyebrangan untuk
menyebrang.
“Kok
jalan kaki sih? Ongkos cuma seribu ini ...” tanya temanku ketika tahu aku
berjalan kaki tiap kali berbelanja ke salah satu supermarket yang jaraknya
lumayan dari kosan. Kadang aku berpikir, jika dengan menghemat seribu rupiah aku
bisa jadi lebih sehat dengan berjalan kaki...kenapa tidak? Udah sehat, hemat
seribu pula, hehe.
Perjalanan yang hari ini kulakukan adalah berjalan kaki dari tempat PPL (SMAN 15) ke Masjid Al-Murabbi-Sarijadi. Tidak seperti perjalananku sebelum-sebelumnya yang rutenya sudah kuketahui karena pernah melewatinya dengan angkot, aku mengandalkan GPS dan Google Maps yang ada di smartphone sederhanaku. Meski sebelumnya sudah mendapat pengarahan tentang arah ke sana dari seorang rekan yang hafal daerah situ, aku sempat kebingungan juga. Mencocokkan posisi kita dengan GPS yang ada di HP ternyata menyenangkan. Ada panah biru yang berkelap-kelip menandakan posisi kita sedang di mana dan kira-kira seberapa jauh lagi tempat yang kita tuju. Sambil terus melangkah, aku berjalan menunduk memerhatikan posisiku di peta. Dan akhirnya, aku benar-benar sampai! Hanya makan waktu 30 menit jalan kaki saja dari tempat PPL.
Oh, ada rasa puas yang membuncah di hati. Dan foto masjidnya langsung kuambil. Aku ingin masuk ke dalam, tapi kaum laki-laki jumlahnya sedang banyak karena Jum’atan.
Sepulang dari sana, aku tak sia-siakan kesempatan ini untuk berjalan-jalan sejenak di Setrasari Mall. Yah, meski tidak berbelanja sesuatupun (hanya minuman, hehe), rasanya aku puas karena bisa menambah koleksi memori visualku untuk kategori tempat dengan lebih detail. Toko kue yang baunya harum, toko pernak-pernik, toko perlengkapan binatang peliharaan, dan masih banyak lagi.
Di akhir, sempat kepikiran untuk beli sepeda. Mungkin kalau menggunakan sepeda tidak benar-benar seperti mikroskop, tapi jarak yang kujangkau bisa lebih jauh dibanding berjalan kaki.
Laporan
selesai :)
FYI :
Setiap hari Selasa ba’da Maghrib di Masjid Al-Murabbi ada kajian Tadabbur Al-Quran bersama ustad Hanan At-Taki. Aku benar-benar ingin mengikutinya meskipun satu kali :)
Komentar
Posting Komentar