Ujian PPL : What exactly am I Worrying About? Part 1
Rabu
8 Mei tepatnya, aku ujian PPL. Disebut ‘ujian’ pun sebenarnya hanya ngajar
seperti biasa, cuma bedanya: ada jurinya. Takdir mengharuskanku ujian di kelas
yang paling ‘wah’. Jika dibandingkan dengan kelas lain yang kuajar, kelas ini
punya memori istimewa dalam hatiku (ceilee), selain anak-anaknya cerewet abis,
dulu saat awal PPL ada beberapa orang siswa laki-laki yang berani ‘ngeloyor’
keluar kelas di tengah aku menerangkan materi pelajaran. Ngeloyor begitu aja,
tanpa bilang sepatah kata pun, melewatiku yang akhirnya terbengong-bengong di
depan kelas *iniciyus*. Tak hanya itu, ada seorang siswa yang bahkan santai
jalan-jalan mencontek saat ulangan dan beberapa ocehan ‘kebun binatang’ yang
mengiringi respon mereka terhadap materi yang kusampaikan, yang tentunya,
sempat bikin ngelus dada dan istighfar banyak-banyak setiap keluar dari kelas
itu.
Tapi
praise to Allah yang telah membolak-balikkan hati, setelah beberapa kali tatap
muka dan memberikan pendekatan individu secara khusus ke beberapa siswa yang
memang butuh perlakuan khusus, suasana kelas tidak semengerikan sebelumnya di
mana rombongan nama binatang bisa sahut menyahut di kelas.
Saat
tahu ujian mau tidak mau harus dilaksanakan di kelas istimewa ini, pada mulanya
aku merahasiakannya dari mereka (para siswa) dengan bilang, “Pekan depan ada
kejutan dari Sensei. Siap-siap ya,” umumku sambil tersenyum. Beberapa anak
berusaha menebak-nebak, “Pekan depan nyanyi lagi ya, miss? asiikk.” Pfft, aku
cuma bisa meringis dalam hati. Niatan untuk ujian di kelas tersebut hanya
kuberitahukan kepada KMnya, dan jawaban ‘siap, sensei’ nya sungguh membuat
hatiku tenang.
Nah,
sebelum ujian ini, banyak hal yang kutakutkan atau lebih tepatnya kukhawatirkan
karena aku sadar: aku belum mempersiapkan apa-apa untuk ujian PPL! Berikut
rinciannya:
1.
Laporan PPL
Seminggu
sebelum ujian, aku belum menyiapkan apapun kecuali RPP Ujian untuk direvisi
oleh guru pamong. Media pembelajaran apalagi laporan yang 4 Bab itu, baru kukerjakan 2 hari sebelum ujian,
yaitu di hari Senin karena di akhir pekan aku harus bertugas ke Talegong plus
urusan organisasi lainnya hingga Ahad maghrib aku masih di sekitar kampus.
Believe or not, dengan mengucapkan basmalah, aku mengerjakan laporan PPL yang 4
Bab itu hanya dalam waktu 4,5 jam saja! Fiuh, hanya yakin dalam hati dan berdoa
semoga tanganku lancar untuk mengetik, dan pikiranku lancar dalam menyusun
kata. Itu pun kulakukan di sela-sela piket perpustakaan di sekolah.
“Bismillah,
ya Rabb bantu aku menyelesaikan semua ini. Targetku pukul 12 siang harus sudah
beres.” batinku dalam hati sambil mengingat-ngingat keburukan yang kulakukan
sejak bangun tidur untuk ku-istighfari agar tidak jadi penghalang
pertolongan-Nya. (lebay memang, tapi ini urusan tukar menukar dengan Rabb
semesta alam, mesti ciyus :D)
Dan
jreng!
Benarlah
otakku berputar lancar dan jari jemariku lincah menari di atas keyboard, sampai
tanpa melihat monitor aku masih bisa ngetik :D Once more, praise to Allah!
Eng-ing-eng,
setelah azan dzuhur berkumandang, saat itu pula aku selesai mengetik kesimpulan
dan saran di BAB IV laporan individual. Setelah shalat dzuhur, baru kubaca
ulang sambil finishing menambahkan daftar isi, kata pengantar, dan daftar
pustaka.
Laporan
PPL yang sempat kukhawatirkan tidak bisa kuselesaikan segera, atas seizinNya
menjadi MUDAH.
2.
Media Pembelajaran
Tidak
seperti saat mengajar biasa yang bisa seenaknya merubah skenario RPP. Ujian
mesti perfek, mau nggak mau*cenah. Termasuk media pembelajaran. Atas izin-Nya
pula, di hari senin yang sama, seusai pulang dari tempat PPL sekitar pukul
15.30, tanpa menunda-nunda aku membuatnya dengan khusyuk hingga pukul 10 malam
(jam tidur yang tidak bisa kulanggar, jika melanggar akibatnya fatal!) karena
belum selesai, esoknya aku bangun pukul 2.30 pagi, lanjut mengerjakan sambil
ngeprint laporan dan RPP, selesai sekitar pukul 03.50, sehingga aku bisa tenang
untuk tahajjud. Praise to Allah!
At
least, di hari Selasa ini aku merasa hariku sungguh dimudahkan dengan diberikan
ketenangan hati.
Yah,
setidaknya 2 poin di atas yang sempat kukhawatirkan sebelum ujian, perihal
mengajar, dalam hati sudah kucamkan dalam-dalam: Laa hawla wa laa quwwata illa
billah, sehingga aku tidak terlalu pusing memikirkan bagaimana aku mengajar
saat ujian nanti. Let it flow, que sera sera.
Komentar
Posting Komentar